Oleh Fajrul Falakh,
Dosen Teknik Lingkungan UIN Walisongo, Mahasiswa S3 Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada
(Artikel ini telah publis pada Suara merdeka pada tanggal 23 Mei 2024)
INDONESIA menjadi tuan rumah World Water Forum ke-10, sebuah acara yang menjadi panggung bagi para pemimpin, ahli, dan pemangku kepentingan global untuk membahas isu-isu krusial yang terkait dengan pengelolaan air.
Solusi dan aksi bersama diharapkan hadir, sebagai upaya mengatasi permasalahan dan tantangan dalam pengelolaan air di hari ini dan masa depan.
Tema Water for Shared Prosperity menjadi pusat perhatian dalam forum ini, memperkuat ide bahwa air adalah hak asasi manusia yang harus diakses oleh semua individu tanpa diskriminasi. Namun, untuk mewujudkan visi ini, pondasi yang kokoh melalui kolaborasi antar sektor perlu dibangun, serta menjadi kesadaran kolektif bersama, bahwa air adalah hak bersama dan cerminan dari keadilan untuk semua umat manusia.
Keadilan mencerminkan kebutuhan untuk memastikan bahwa setiap individu, tanpa memandang status sosial atau ekonomi, memiliki akses yang adil terhadap air bersih. Ini bukan hanya masalah hak asasi manusia, tetapi juga kunci untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan berkeadilan.
Di tengah ketimpangan akses air yang masih terjadi di banyak wilayah, penting untuk memastikan bahwa kebijakan dan program-program pengelolaan air memberikan prioritas pada mereka yang paling rentan dan terpinggirkan. Tantangan air yang dihadapi oleh dunia saat ini tidak dapat dianggap enteng. Data terkini menunjukkan bahwa jutaan orang di seluruh dunia masih belum memiliki akses yang memadai terhadap air bersih, sementara krisis air semakin memburuk di banyak wilayah.
Di Indonesia, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah menetapkan target ambisius untuk meningkatkan proporsi cakupan air minum aman dari 11,8 persen pada tahun 2020 menjadi 54,6 persen pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut di atas, implementasi Water Safety Plan (WSP) menjadi langkah yang sangat penting.
Water Safety Plans (WSP) adalah pendekatan yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memastikan keamanan air minum. WHO telah mengembangkan panduan dan pedoman yang komprehensif untuk membantu pemerintah dan penyedia layanan air dalam implementasi WSP.
Panduan WSP WHO menyediakan kerangka kerja yang sistematis untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam pasokan air, mengembangkan strategi pengendalian risiko yang efektif, dan memantau dan mengevaluasi efektivitas tindakan yang diambil. Panduan ini berfokus pada pendekatan berbasis risiko yang proaktif, yang memungkinkan deteksi dini dan pencegahan masalah keamanan air sebelum mereka menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Namun, tantangan air tidak hanya berkaitan dengan akses fisik terhadap air bersih. Penting juga untuk memperhatikan aspek-aspek seperti konservasi air, pengembangan infrastruktur yang berkelanjutan, dan peningkatan kesadaran bersama bahwa air adalah hak bersama. Air memang sering dianggap sebagai “harta Bersama” atau common property yang dimiliki secara kolektif oleh masyarakat.
Konsep ini mengakui bahwa air adalah sumber daya alam yang esensial bagi kehidupan semua makhluk di bumi. Karena itu harus dikelola dengan bijaksana dan dipertahankan untuk kesejahteraan semua. Ketimpangan dalam industri dan kebutuhan sektor informal masyarakat tentang air dapat menjadi salah satu tantangan besar dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. Di banyak kasus, industri memiliki akses yang lebih besar terhadap sumber daya air, sementara sektor informal masyarakat sering kali terpinggirkan dan memiliki akses yang terbatas. Industri seringkali menggunakan air dalam jumlah besar untuk keperluan produksi.
Sementara itu, sektor informal masyarakat seperti pedagang kecil, petani kecil, dan pengrajin sering mengandalkan akses air untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Seperti sanitasi, irigasi, dan kebutuhan domestik lainnya Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan persaingan yang tidak adil untuk sumber daya air. Di mana industri memiliki keunggulan dalam hal akses dan pengelolaan sumber daya. Ketimpangan akses air bersih menjadi salah satu tantangan utama yang perlu segera diatasi. Untuk menyelesaikan masalah ini, diperlukan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan.
Pertama-tama, perlu adanya investasi yang besar dalam pengembangan infrastruktur air bersih yang inklusif. Ini termasuk instalasi sistem pengolahan air, dan pengembangan jaringan distribusi air yang luas. Investasi ini harus diprioritaskan di daerah-daerah yang paling membutuhkan. Seperti daerah-daerah pedesaan dan perkotaan yang masih memiliki akses yang terbatas terhadap air bersih. Yang di dalamnya menginternalisasi hal-hal yang terkait dengan rencana pengamanan air (Water Safety Plan).
Selain itu, perlu dilakukan pendekatan yang berbasis masyarakat. Melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program-program air bersih akan memastikan bahwa kebutuhan dan aspirasi lokal diakomodasi dengan baik. Ini juga akan membantu memastikan bahwa program-program yang diluncurkan benar-benar mencapai sasaran dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
Kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah juga sangat penting. Kolaborasi lintas sektor dapat menghasilkan solusi yang lebih inovatif dan efektif dalam mengatasi masalah akses air bersih. Misalnya, sektor swasta dapat berkontribusi dalam bentuk investasi dan teknologi untuk meningkatkan akses air bersih lewat peningkatan CSR. Sementara pemerintah dapat menyediakan kebijakan yang mendukung dan pengawasan untuk memastikan implementasi yang efektif.
Selain itu, penting juga untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil adalah adil dan berkeadilan.Kebijakan ini harus memperhatikan kebutuhan semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat adat, petani, nelayan, dan kelompok rentan lainnya. Pemerintah perlu memastikan bahwa akses air bersih menjadi hak yang terjamin bagi semua warga, tanpa memandang latar belakang ekonomi atau sosial mereka.
Akhirnya, semoga World Water Forum ini tidak hanya menjadi wadah untuk berdiskusi dan acara seremonial semata, tetapi juga menjadi pemacu untuk tindakan nyata. Dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan, berkeadilan, dan berkelanjutan dalam setiap langkah yang diambil, kita dapat menciptakan masa depan. Di mana akses air bersih adalah hak asasi manusia yang dijamin untuk semua, tanpa terkecuali.***